Nonton Online
Setiap insan ingin lepas dari segala penderitaan dan mendamba kebahagiaan. Pujian, imbalan, dan perlakuan baik dari orang lain diyakini luas menjadi pemupus derita sekaligus pembawa bahagia. Kitapun sering menunjukkan tindakan, bahkan amal ibadah kita, untuk meraih semua itu. Padahal, Islam mengharuskan semua amal hanya kita tujukan kepada Allah. Inilah yang disebut ikhlas, penentu kualitas dan syarat sah diterimanya suatu amal. Lalu bagaimana kita mendamaikan kecenderungan insani dan ketetapan ilahi ini?
Sistem pendidikan modern mengajarkan pentingnya kajian kritis dan objektif. Generasi kita diajari untuk bertanya dan menyanggah. Mereka juga diajari bahwa tak ada jabatan yang mustahil bagi perempuan. Sementara, masjid dan subkulturnya mengajari mereka agar tidak mempertanyakan tradisi keagamaan dan membatasi peran perempuan. Tak pelak, keimanan mereka terimpit dalam ruang penafsiran yang begitu sempit.
Banyak orang berkeyakinan bahwa pertanyaan rasional hanya akan merongrong iman. Pertanyaan kritis pun kerap dijawab dengan kaku oleh para pemuka agama. Akibatnya, kegalauan iman terus bercokol di benak para penanya. Upaya mereka dalam menyelesaikan pertentangan iman dan akal selalu terantuk kecenderungan kaum muslim untuk membakukan pendapat-pendapat ulama terdahulu. Tak pelak, kelesuan beragama mendera para mualaf dan generasi muda muslim. Mereka inilah yang paling mengalami kesukaran merajut ikatan nyata dengan Islam di tengah budaya sekuler.Dalam buku ini, Jeffrey Lang menjelaskan mengapa ia menjadi seorang muslim. Ternyata, karena dia membaca Alquran, tentu Alquran yang memiliki terjemahannya. Apa yang menjadi pertanyaannya, terjawab tuntas setelah dia membaca lembar demi lembar Alquran tersebut. Berbagai gugatan dan kegelisahan akalnya terjawab secara menyakinkan dalam Alquran, seperti: seputar Islam, autentitas Al-quran, sifat-sifat Allah, derita manusia, dan keadilan Allah, kenabian Muhammad saw, dan sebagainya.
Buku ini sangat apa adanya, obyektif, dan ‘cukup kontroversial’. Jadi, butuh kelegowoan hati dan open mind dalam membacanya. Bagi Jeffrey Lang, pertanyaan rasional tidak akan merongrong iman. Justru, untuk menggapai iman sejati, dia menyarankan agar kita harus bisa membebaskan diri dari tradisi dan memeriksa keyakinan-keyakinan kita secara rasional. Jawaban-jawabannya Jeffrey Lang ini sangat logis dan tak terbantahkan, tapi juga membuat kita merenungi makna semua penuturan pengalaman-pengalaman spiritualnya.
Download e-book klik di sini
Seorang lelaki mengontrak sebuah rumah. ketika ditempati, kayu-kayu atap umah itu ternyata sering berkelotak. Lelaki itu lalu menyampaikan masalah ini kepada pemiliknya. Si pemilik berkata, "Jangan takut, karena kayu-kayu itu sedang bertasbih kepada Allah." Si lelaki pun berseloroh, "Bukan takut. Aku hanya khawatir kayu-kayu itu diambil oleh Sang Maha Kuasa, lalu bersujud kepadaku.
Seorang lelaki menemui Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan bertanya, "Ya Rasulullah, apakah agama itu?" Rasulullah menjawab, "Akhlak yang baik." Kemudian ia mendatangi Nabi dari seblah kanan dan bertanya, "Ya Rasulullah, apakah agama itu?" Nabi menjawab, "Akhlak yang baik." Kemudian ia mendatanginya dari belakang dan bertanya, "Apakah agama itu?" Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda, "Belum jugakah engkau mengerti? Agama itu akhlak yang baik." (al-Targhib wa al-Tahrib 3:405).
Anak yang bernama Delisa itu harus menyelesaikan hafalan shalatnya yang akan disetor pada Ibu Guru Nur untuk nanti mendapat piagam kelulusan. Bunda delisa pun menjanjikan hadiah sebuah kalung emas 2 gram yang memiliki liontin D (D untuk Delisa) jika hafalan shalatnya terpenuhi. Oleh karena iming-iming hadiah itu, delisa sangat bersemangat untuk menghafal bacaaan shalat. Walaupun pada awalnya sulit dan seringkali terbalik-balik, dengan bantuan kakak-kakaknya, akhirnya delisa siap mengikuti ujian hafalan shalat.
Telah kutinggalkan cemburu di sudut kamar gelap